Afiyah Tour & Travel Umroh

kisah rasulullah berdakwah di kota thaif

Kisah Nabi Muhammad di Thaif: Penolakan, Kesedihan, dan Hikmah yang Terkandung

Perjalanan Nabi Muhammad ﷺ ke Thaif bukan sekadar perjalanan biasa, melainkan sebuah strategi dakwah yang dilandasi oleh berbagai faktor penting.

Perjalanan hidup Nabi Muhammad ﷺ penuh dengan ujian dan tantangan dalam menyebarkan risalah Islam. Salah satu peristiwa yang paling memilukan dalam sejarah dakwah beliau adalah ketika beliau pergi ke kota Thaif dengan harapan mendapatkan dukungan dari penduduknya, tetapi justru menghadapi penolakan, penghinaan, dan penyiksaan fisik.

Kisah ini terjadi pada tahun ke-10 kenabian, yang juga dikenal sebagai ‘Aamul Huzn’ (Tahun Kesedihan). Tahun ini sangat berat bagi Nabi Muhammad ﷺ karena beliau kehilangan dua orang yang paling beliau cintai dan yang selama ini menjadi pelindung dakwahnya, yaitu:

Abu Thalib, paman beliau yang melindungi dari ancaman kaum Quraisy
Khadijah radhiyallahu ‘anha, istri beliau yang selalu mendukung secara moral dan materi

Setelah wafatnya kedua sosok ini, kaum Quraisy semakin berani menindas, menghina, dan menyiksa Nabi Muhammad ﷺ tanpa takut mendapat perlawanan dari keluarga beliau.

Dalam kondisi inilah, Nabi Muhammad ﷺ memutuskan untuk mencari tempat baru yang bisa menjadi lahan subur bagi dakwah Islam. Thaif, sebagai kota besar dan berpengaruh, menjadi pilihan utama beliau.

kisah nabi muhammad di kota thaif

Kota Thaif di Zaman Nabi

Thaif dikenal sebagai kota yang subur dan sejuk, terletak di daerah pegunungan. Kota ini merupakan pusat pertanian dan perdagangan, terkenal dengan kebun anggur dan buah-buahan lainnya. Penduduk Thaif, terutama Banu Tsaqif, memiliki hubungan erat dengan kaum Quraisy di Mekah, baik dalam aspek ekonomi maupun sosial.

Alasan Nabi Muhammad ﷺ Pergi ke Thaif

Perjalanan Nabi Muhammad ﷺ ke Thaif bukan sekadar perjalanan biasa, melainkan sebuah strategi dakwah yang dilandasi oleh berbagai faktor penting. Kepergian beliau ke kota ini terjadi pada tahun ke-10 kenabian, yang juga dikenal sebagai ‘Aamul Huzn’ (Tahun Kesedihan) karena dua pendukung utama beliau—Abu Thalib dan Khadijah radhiyallahu ‘anha—wafat pada tahun yang sama.

Perjalanan ini bukan hanya bertujuan untuk mencari perlindungan, tetapi juga membuka jalan baru bagi penyebaran Islam. Berikut adalah beberapa alasan utama mengapa Nabi Muhammad ﷺ memilih Thaif sebagai tujuan dakwahnya.

1. Tekanan dan Penolakan di Mekah Semakin Berat

Setelah wafatnya Abu Thalib, kaum Quraisy semakin berani menindas dan menyakiti Nabi Muhammad ﷺ. Sebelumnya, Abu Thalib sebagai pemimpin Bani Hasyim memberikan perlindungan, sehingga meskipun kaum Quraisy menolak dakwah Islam, mereka tidak berani mencelakai Nabi secara terang-terangan.

Namun, setelah kepergian Abu Thalib:

  • Penyiksaan fisik dan verbal semakin meningkat
  • Perlindungan suku Bani Hasyim melemah
  • Nabi Muhammad ﷺ kehilangan tempat berdakwah dengan aman

Di sisi lain, wafatnya Khadijah radhiyallahu ‘anha sebagai istri dan pendukung utama beliau juga memperburuk situasi, membuat beliau semakin merasakan kesulitan dalam berdakwah di Mekah.

2. Mencari Perlindungan dan Dukungan dari Suku Lain

Nabi Muhammad ﷺ memahami bahwa dakwah Islam tidak bisa berkembang jika hanya berpusat di Mekah. Karena itu, beliau mulai mencari suku lain yang mungkin bersedia mendukung dan melindungi beliau dalam menyebarkan Islam.

Mengapa Thaif?

  • Thaif adalah kota besar dan kuat, dihuni oleh suku Banu Tsaqif, yang tidak bergantung pada Quraisy.
  • Suku Tsaqif memiliki hubungan baik dengan beberapa kabilah Arab lainnya, sehingga jika mereka masuk Islam, penyebaran Islam akan lebih luas.
  • Kota Thaif memiliki posisi strategis sebagai pusat perdagangan dan pertanian, yang bisa menjadi basis dakwah Islam di luar Mekah.

Dengan mempertimbangkan faktor-faktor ini, Nabi Muhammad ﷺ memilih Thaif sebagai tempat untuk mencari perlindungan politik dan dukungan moral bagi kelangsungan dakwah Islam.

3. Mencari Tempat yang Lebih Kondusif untuk Dakwah

Thaif tidak hanya terkenal sebagai kota yang subur dan makmur, tetapi juga memiliki penduduk yang lebih terbuka dibandingkan Quraisy di Mekah. Nabi Muhammad ﷺ berharap bahwa penduduk Thaif lebih menerima Islam karena mereka tidak memiliki dendam sejarah terhadap beliau, berbeda dengan kaum Quraisy yang merasa terancam oleh ajaran tauhid.

Beliau datang ke Thaif dengan niat baik, tidak untuk mengancam atau mengambil alih kekuasaan, melainkan untuk menawarkan ajaran tauhid yang membawa rahmat bagi seluruh manusia.

4. Misi Menyebarkan Islam ke Wilayah Baru

Mekah saat itu sudah menjadi pusat penolakan terhadap Islam. Hampir semua pemuka Quraisy menolak ajaran yang dibawa Nabi Muhammad ﷺ, sehingga beliau perlu mencari alternatif wilayah untuk menyebarkan Islam.

Thaif adalah salah satu kota terbesar di Hijaz selain Mekah dan Madinah, sehingga keberhasilan dakwah di sana bisa menjadi langkah besar bagi perkembangan Islam di seluruh jazirah Arab. Jika suku Tsaqif menerima Islam, maka:
✔ Islam akan mendapat lebih banyak pengikut.
✔ Posisi politik Nabi Muhammad ﷺ semakin kuat.
✔ Dakwah bisa berkembang ke wilayah-wilayah lain tanpa tekanan Quraisy.

5. Harapan Kepada Penguasa Beriman Kepada Allah Ta’ala

Di Thaif, Nabi Muhammad ﷺ langsung menemui tiga pemimpin utama Banu Tsaqif dan menawarkan Islam kepada mereka. Harapan beliau adalah jika pemimpin menerima Islam, maka masyarakatnya pun akan ikut masuk Islam.

Namun, kenyataannya berbeda. Para pemimpin Thaif:
🚫 Menolak ajakan Islam secara mentah-mentah
🚫 Menghina Nabi Muhammad ﷺ dan meremehkan dakwah beliau
🚫 Menghasut penduduk untuk mengusir dan melempari Nabi Muhammad ﷺ dengan batu

Meskipun gagal mendapatkan dukungan dari pemimpin Thaif, perjalanan ini tetap menjadi ujian kesabaran bagi Nabi Muhammad ﷺ dalam menjalankan perintah Allah.

Reaksi Penduduk Thaif terhadap Dakwah Nabi

penolakan dakwah rasulullah di kota thaif

Setibanya di Thaif, Nabi Muhammad ﷺ menemui pemuka Banu Tsaqif dan mengajak mereka kepada Islam. Namun, ajakan tersebut ditolak mentah-mentah. Tidak hanya itu, penduduk Thaif memperlakukan beliau dengan kasar, mengolok-olok, dan melempari beliau dengan batu hingga terluka. Perlakuan ini menunjukkan penolakan keras mereka terhadap dakwah Islam pada saat itu.

Berikut adalah tahapan bagaimana penduduk Thaif merespons dakwah Rasulullah ﷺ.

1. Penolakan Mentah-mentah dari Para Pemimpin Thaif

Setibanya di Thaif, Nabi Muhammad ﷺ menemui tiga tokoh utama suku Banu Tsaqif, yaitu:
1️⃣ Abdu Yalail bin Amr
2️⃣ Mas’ud bin Amr
3️⃣ Habib bin Amr

Nabi ﷺ dengan penuh kelembutan menawarkan Islam kepada mereka dan menjelaskan bahwa ajaran Islam membawa tauhid, keadilan, dan kesejahteraan bagi semua manusia. Namun, respons mereka sangat merendahkan dan mencemooh Nabi.

🗣 Salah satu dari mereka berkata: “Jika benar Allah mengutusmu sebagai nabi, maka lebih baik aku merobek kiswah Ka’bah!”
🗣 Yang lain berkata: “Apakah Allah tidak menemukan orang lain selain kamu untuk dijadikan nabi?”

🚫 Mereka menolak Islam tanpa mau mendengarkan lebih lanjut, dan justru menganggap dakwah Nabi Muhammad ﷺ sebagai ancaman bagi kedudukan mereka.

2. Hasutan untuk Mengusir dan Menghina Nabi ﷺ

Tidak cukup dengan menolak dakwah Nabi, para pemimpin Thaif menghasut penduduk kota untuk mempermalukan dan mengusir beliau.

💬 Mereka menyebarkan fitnah bahwa Nabi Muhammad ﷺ adalah seorang pembohong yang ingin menyesatkan masyarakat Thaif.
💬 Penduduk mulai bersikap kasar, mencemooh, dan mencaci maki beliau.

Meskipun menghadapi hinaan, Nabi Muhammad ﷺ tetap bersikap sabar dan tetap menyampaikan Islam dengan tenang.

Baca Juga:

3. Serangan Fisik: Nabi ﷺ Dilempari Batu dan Dihina

Setelah diusir oleh pemuka Thaif, penduduk kota mulai menyerang Nabi Muhammad ﷺ secara fisik.

🏹 Anak-anak dan orang-orang bodoh di kota dikerahkan untuk mengejek, melempari batu, dan mengolok-olok beliau.
🩸 Batu-batu menghantam tubuh mulia Rasulullah ﷺ, hingga darah mengalir dari kaki beliau yang terluka.
🏃 Nabi Muhammad ﷺ dipaksa keluar dari kota Thaif dalam keadaan penuh luka dan kelelahan.

Kondisi ini sangat menyakitkan secara fisik maupun emosional, tetapi beliau tidak membalas dengan kebencian atau doa keburukan.

4. Perlindungan di Kebun dan Doa Penuh Kesabaran

Setelah keluar dari Thaif dalam keadaan lemah dan penuh luka, Nabi Muhammad ﷺ berlindung dan beristirahat di sebuah kebun milik Utbah dan Syaibah bin Rabi’ah, dua orang bangsawan Quraisy.

Di sana, seorang budak bernama Addas datang membawakan anggur untuk Nabi. Ketika Addas melihat Nabi mengucapkan Bismillah sebelum makan, ia terkejut dan bertanya tentang ajaran Islam. Addas pun akhirnya masuk Islam setelah mendengar penjelasan Nabi.

Dalam keadaan penuh penderitaan, Nabi Muhammad ﷺ tetap berdoa kepada Allah dengan penuh harapan, bukan dengan kemarahan.

💖 Isi doa Nabi di Thaif:

Ya Allah, kepada-Mu lah aku mengadukan lemah kekuatanku, sedikit dayaku, dan kehinaanku di mata manusia. Wahai Rabb Yang Maha Pengasih di antara yang pengasih, Engkaulah Rabb orang-orang yang tertindas dan Engkaulah Rabbku. Ke manakah Engkau hendak menyerahkan diriku. Adakah kepada yang jauh yang akan membuatku bersedih, ataukah kepada musuh yang Engkau kuasakan dia atas urusanku? Jika memang tidak membuat-Mu murka kepadaku, maka aku tidak pedulikan hal itu. Namun keselamatan dari-Mu jauh lebih luas bagiku. Aku berlindung dengan Cahaya Wajah-Mu yang menyinari segala kegelapan, dan karenanya segala urusan dunia dan akhirat menjadi baik, janganlah timpakan kemarahan-Mu dan dunia dan akhirat menjadi baik, janganlah timpakan kemarahan-Mu dan murka-Mu kepadaku. Hanya pada-Mu tempat mengadu, hingga Engkau merasa ridha, dan tidak ada daya upaya dan kekuatan kecuali dengan izin-Mu.” (HR. Ath-Thabrani, Syaikh Al-Albani dalam ta’liq Fiqh As-Sirah karya Imam Al-Ghazali mendhaifkan hadits ini).

5. Tawaran Jibril untuk Membalas Penduduk Thaif

Setelah kejadian ini, Malaikat Jibril datang bersama Malaikat Penjaga Gunung, dan menawarkan untuk menghancurkan penduduk Thaif dengan menimpakan gunung kepada mereka.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian kembali ke Makkah. Ketika beliau sampai di tempat bernama Qarn Ats-Tsa’alib, malaikat Jibril ‘alaihis salam dan malaikat penjaga gunung datang kepada beliau. Malaikat penjaga gunung menawarkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menumpahkan Al-Akhsyabain kepada penduduk Makkah.

Aisyah radhiyallahu ‘anha pernah bertanya kepada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam,

هَلْ أَتَى عَلَيْكَ يَوْمٌ كَانَ أَشَدَّ عَلَيْكَ مِنْ يَوْمِ أُحُدٍ قَالَ لَقَدْ لَقِيتُ مِنْ قَوْمِكِ مَا لَقِيتُ وَكَانَ أَشَدَّ مَا لَقِيتُ مِنْهُمْ يَوْمَ الْعَقَبَةِ إِذْ عَرَضْتُ نَفْسِي عَلَى ابْنِ عَبْدِ يَالِيلَ بْنِ عَبْدِ كُلَالٍ فَلَمْ يُجِبْنِي إِلَى مَا أَرَدْتُ فَانْطَلَقْتُ وَأَنَا مَهْمُومٌ عَلَى وَجْهِي فَلَمْ أَسْتَفِقْ إِلَّا وَأَنَا بِقَرْنِ الثَّعَالِبِ فَرَفَعْتُ رَأْسِي فَإِذَا أَنَا بِسَحَابَةٍ قَدْ أَظَلَّتْنِي فَنَظَرْتُ فَإِذَا فِيهَا جِبْرِيلُ فَنَادَانِي فَقَالَ إِنَّ اللَّهَ قَدْ سَمِعَ قَوْلَ قَوْمِكَ لَكَ وَمَا رَدُّوا عَلَيْكَ وَقَدْ بَعَثَ إِلَيْكَ مَلَكَ الْجِبَالِ لِتَأْمُرَهُ بِمَا شِئْتَ فِيهِمْ فَنَادَانِي مَلَكُ الْجِبَالِ فَسَلَّمَ عَلَيَّ ثُمَّ قَالَ يَا مُحَمَّدُ إِنْ شِئْتَ أَنْ أُطْبِقَ عَلَيْهِمْ الْأَخْشَبَيْنِ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَلْ أَرْجُو أَنْ يُخْرِجَ اللَّهُ مِنْ أَصْلَابِهِمْ مَنْ يَعْبُدُ اللَّهَ وَحْدَهُ لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا

“Apakah engkau pernah mengalami satu hari yang lebih berat dibandingkan dengan saat perang Uhud?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Aku telah mengalami penderitaan dari kaummu. Penderitaan paling berat yang aku rasakan, yaitu saat ‘Aqabah, saat aku menawarkan diri kepada Ibnu ‘Abdi Yalil bin Abdi Kulal, tetapi ia tidak memenuhi permintaanku. Aku pun pergi dengan wajah bersedih. Aku tidak menyadari diri kecuali ketika di Qarn Ats-Tsa’alib, lalu aku angkat kepalaku. Tiba-tiba aku berada di bawah awan yang sedang menaungiku. Aku perhatikan awan itu, ternyata ada Malaikat Jibril ‘alaihis salam, lalu ia memanggilku dan berseru, ‘Sesungguhnya Allah ‘azza wa jalla telah mendengar perkataan kaummu kepadamu dan penolakan mereka terhadapmu. Dan Allah ‘azza wa jalla telah mengirimkan malaikat penjaga gunung untuk engkau perintahkan melakukan apa saja yang engkau mau atas mereka.’ Malaikat penjaga gunung memanggilku, mengucapkan salam lalu berkata, ‘Wahai Muhammad! Jika engkau mau, aku bisa menimpakan Al-Akhsyabain (dua gunung besar yang ada di kanan kiri Masjidil Haram).

Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Tidak, namun aku berharap supaya Allah melahirkan dari anak keturunan mereka ada orang-orang yang beribadah kepada Allah semata, tidak mempersekutukan-Nya dengan apapun jua.” (HR. Bukhari, no. 3231 dan Muslim, no. 1795)

⚡ Namun, Nabi Muhammad ﷺ menolak tawaran tersebut, dengan alasan bahwa:
❤️ Beliau masih berharap ada keturunan mereka yang kelak menerima Islam.
❤️ Islam bukan agama yang datang untuk membinasakan, tetapi untuk membawa rahmat bagi seluruh alam.
❤️ Beliau memilih kesabaran dan doa, bukan balas dendam.

Tindakan Nabi ini menunjukkan akhlak yang luar biasa, sehingga akhirnya, beberapa tahun kemudian, penduduk Thaif benar-benar masuk Islam.

Hikmah Dari Perjalanan Nabi ke Thaif

Meskipun perjalanan ke Thaif tidak menghasilkan dukungan langsung, peristiwa ini memberikan pelajaran berharga dalam berdakwah. Pertama, kesabaran dan keteguhan Nabi menghadapi cobaan yang berat menjadi contoh luar biasa bagi setiap muslim. Kedua, sikap pemaaf Nabi yang tidak membalas dendam tetapi justru mendoakan kebaikan bagi mereka yang menyakitinya menjadi teladan akhlak mulia yang harus diikuti. Nabi Muhammad ﷺ kemudian melanjutkan dakwahnya dengan semangat baru, yang akhirnya membuka jalan bagi penyebaran Islam lebih luas, termasuk peristiwa Isra’ Mi’raj dan hijrah ke Madinah.

Thaif Setelah Islam Berjaya

Beberapa tahun setelah peristiwa tersebut, penduduk Thaif akhirnya menerima Islam. Setelah penaklukan Mekah, delegasi dari Banu Tsaqif datang kepada Nabi Muhammad ﷺ untuk menyatakan keislaman mereka. Ini menunjukkan perubahan hati dan penerimaan mereka terhadap ajaran Islam, serta membuktikan bahwa kesabaran dan pendekatan damai dalam dakwah membuahkan hasil positif.​

Perjalanan Nabi Muhammad ﷺ ke Thaif mengajarkan kita tentang pentingnya kesabaran, keteguhan, dan kasih sayang dalam berdakwah. Meskipun menghadapi penolakan dan perlakuan buruk, beliau tetap mendoakan kebaikan bagi mereka yang menentangnya. Sikap ini menjadi teladan bagi umat Islam dalam menyebarkan ajaran Islam dengan penuh hikmah dan kesabaran.​

Jika kamu ingin merasakan langsung bagaimana Rasulullah ﷺ berdakwah di kota Thaif, bagaimana jika tahun ini kamu menunaikan ibadah umroh Plus Thaif? Bayangkan merasakan sholat tarawih di Masjidil Haram, menyatu dengan ribuan umat Muslim dari berbagai penjuru dunia.

Afiyah Tour & Travel siap membantumu mewujudkan impian ini. Segera rencanakan perjalanan ibadahmu dan rasakan Ramadan yang lebih bermakna! Kunjungi Afiyah Tour & Travel untuk informasi lebih lanjut. Afiyah Tour & Travel siap membimbingmu untuk meraih keberkahan Ramadhan di Tanah Suci!

📌 Segera daftar dan jadikan Ramadhan tahun ini lebih bermakna!📞 Hubungi kami: 0821-2828-3722
🌐 Website resmi: https://afiyahtour.id
📍 Kantor: CEO Building 6th Floor Jl. TB Simatupang No.18C, RT.7/RW.9, West Cilandak, Cilandak, South Jakarta City, Jakarta 12430
📩 Email: [email protected]

Layanan Biro Umroh Afiyah Tour & Travel

Travel Umroh Plus

Paket Liburan

Catatan: Artikel ini disusun berdasarkan referensi dari situs Rumaysho.com.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Chat us
Scroll to Top