Afiyah Tour & Travel Umroh

paket umroh plus turki istanbul murah dan terpercaya afiyah tour & ravel

9 Tempat Bersejarah Islam di Turki yang Wajib Kamu Kunjungi Setelah Umroh

Turki bisa jadi destinasi terbaik setelah umroh karena menyimpan jejak sejarah Islam yang dalam, terutama peninggalan dari masa Kekhalifahan Utsmani.

Setelah menunaikan ibadah Umroh, ada satu hal keinginan yang sangat kuat dalam hati: rasa ingin menyelami lebih dalam jejak peradaban Islam. Dan entah kenapa, Turki selalu terlintas di kepala. Bukan cuma karena makanannya enak (ayo, siapa yang bisa nolak kebab dan baklava?), tapi karena negeri ini menyimpan warisan Islam yang luar biasa kaya—mulai dari peninggalan Khilafah Utsmaniyah sampai jejak sahabat Nabi yang masih terjaga rapi.

Bayangkan saja, dari Hagia Sophia yang dulunya gereja Bizantium lalu berubah jadi masjid agung, sampai Topkapi Palace yang menyimpan peninggalan Nabi Muhammad SAW. Turki bukan sekadar tempat wisata halal—tapi juga titik temu antara sejarah, spiritualitas, dan keindahan arsitektur Islam. Ini bukan hanya liburan biasa. Ini perjalanan spiritual, ziarah sejarah, dan sekaligus bentuk syukur kita setelah menjalani ibadah di Tanah Suci.

Kalau Kamu sedang merencanakan kunjungan religi setelah Umroh, percaya deh, Turki adalah pilihan yang nggak akan Kamu sesali. Dan di tulisan ini, saya akan ajak Kamu jalan-jalan ke 9 tempat bersejarah Islam di Turki—dengan cerita, makna, dan kenangan yang mungkin akan membuat Kamu ingin segera pesan tiket.

1. Hagia Sophia – Dari Gereja ke Masjid, Kini Simbol Peradaban

Waktu pertama kali saya melangkahkan kaki ke Hagia Sophia, rasanya seperti sedang membuka pintu ke masa lalu yang agung. Bangunan megah ini berdiri di jantung Konstantinopel—yang sekarang kita kenal sebagai Istanbul—dan menyimpan lapisan-lapisan sejarah yang membuat saya merinding.

Awalnya, Hagia Sophia adalah sebuah gereja Bizantium yang megah. Tapi semua berubah ketika Sultan Mehmed II berhasil menaklukkan Konstantinopel pada tahun 1453. Alih-alih menghancurkannya, beliau justru mengubah gereja ini menjadi masjid agung, menghiasi bagian dalamnya dengan kaligrafi Islam, menambahkan mimbar dan mihrab, dan menjadikannya simbol kejayaan Islam yang baru tumbuh di tanah Eropa.

Yang bikin saya kagum, adalah bagaimana arsitektur Islam dan peninggalan Bizantium bisa menyatu begitu indah. Masjid Hagia Sophia jadi seperti simbol dialog antara dua peradaban, yang bukannya saling meniadakan, tapi justru saling melengkapi. Kalau Kamu perhatikan detail kubah raksasanya, pencahayaan alami yang masuk dari jendela-jendela tinggi, dan ornamen kaligrafi yang mengelilingi nama-nama Allah, Rasul, dan Khulafaur Rasyidin—semua terasa begitu sakral.

Dan sekarang? Hagia Sophia kembali menjadi masjid aktif. Tapi tetap terbuka untuk pengunjung dari berbagai latar belakang. Saya merasa, ini bukan cuma tempat wisata. Ini adalah pelajaran hidup—tentang kekuasaan, keindahan, dan iman—yang berdiri tegak di balik batu bata dan marmernya.

2. Masjid Biru – Arsitektur Islam yang Memukau

Kalau Kamu pernah lihat foto Istanbul dengan latar langit biru dan kubah megah yang berjejer, kemungkinan besar itu adalah Masjid Biru, atau dalam nama aslinya, Masjid Sultan Ahmed. Saya pribadi selalu penasaran kenapa disebut “biru”—dan ketika saya akhirnya berdiri di dalamnya, baru saya paham.

Langit-langit masjid ini dilapisi lebih dari 20.000 keramik Iznik yang bernuansa biru. Saat cahaya matahari masuk dari jendela-jendela besar, warna biru itu memantul ke segala arah. Rasanya seperti berada di dalam samudra spiritual. Saya berdiri terdiam cukup lama, memandangi kubah biru dan keindahan simetris dari arsitektur Ottoman yang benar-benar memanjakan mata.

Masjid ini dibangun oleh perintah Sultan Ahmed I ketika usianya masih sangat muda. Tapi keputusannya membangun masjid megah ini bukan sekadar proyek besar—ini adalah bentuk pengabdian dan keyakinan. Yang menarik, letak masjid ini persis di seberang Hagia Sophia, seolah menjadi dialog abadi antara dua era kejayaan.

Meski sering dipadati wisatawan, saya merasakan ketenangan luar biasa ketika shalat di sana. Ruangannya luas, pencahayaannya lembut, dan suasananya benar-benar memanggil untuk merenung. Blue Mosque Turki bukan cuma tempat shalat—tapi ruang untuk menyambung hati dengan sejarah, dan tentu saja, dengan Sang Pencipta.

Sekarang kita masuk ke bagian yang penuh kejutan sejarah—langsung dari jantung istana kekhalifahan Utsmani:

3. Topkapi Palace – Peninggalan Nabi yang Masih Terjaga?

Saya masih ingat saat pertama kali melangkah ke dalam area Topkapi Palace. Rasanya seperti masuk ke dalam dunia lain—penuh kemegahan, aura kekuasaan, tapi juga kesucian. Di sinilah pusat pemerintahan Khilafah Utsmaniyah selama berabad-abad berdiri. Tapi yang bikin saya betul-betul tersentuh bukan cuma arsitekturnya yang megah atau tamannya yang indah, melainkan satu ruangan yang membuat langkah saya terhenti: Museum Islam yang menyimpan peninggalan Nabi Muhammad SAW.

Iya, Kamu nggak salah baca. Di dalam museum Topkapi ini, ada benda-benda bersejarah seperti pedang Rasulullah, jubah beliau, bahkan surat-surat yang ditulis untuk para raja di zamannya. Saya sampai berkaca-kaca waktu berdiri di depan vitrin tempat disimpan sehelai rambut Nabi. Rasanya seperti sedang berdiri sangat dekat dengan sejarah Islam yang biasanya hanya saya baca dari buku.

Topkapi istana Islam ini bukan cuma tentang kemegahan istana Ottoman. Di sini, saya menyaksikan bagaimana kekuasaan bisa berdampingan dengan spiritualitas. Bagaimana para sultan menjadikan iman sebagai fondasi utama kepemimpinan. Nggak heran kalau tempat ini sering disebut sebagai simbol kejayaan yang dibangun di atas nilai-nilai Islam.

Dan kalau Kamu ingin merasakan momen ziarah batin yang dalam setelah Umroh, tempat ini wajib ada di daftar kunjunganmu. Karena di sinilah, sejarah menjadi nyata—dan iman terasa makin hidup.

4. Masjid Suleymaniye – Harmoni Arsitektur dan Spiritualitas?

Ada satu momen yang nggak akan pernah saya lupakan saat berada di Masjid Suleymaniye. Sore itu, angin Istanbul berhembus pelan, suara azan menggema dari menara tinggi, dan matahari pelan-pelan tenggelam di balik kubah masjid megah yang berdiri di atas bukit. Saya terdiam. Hati terasa tenang. Dan jujur, saya sempat mikir, “Kalau ada tempat yang bisa jadi perwujudan harmoni antara dunia dan akhirat, mungkin ini tempatnya.”

Masjid ini dibangun oleh arsitek legendaris Mimar Sinan, atas perintah Suleiman Agung, salah satu sultan terbesar dalam sejarah Khilafah Utsmaniyah. Dan sesuai julukan sultannya, masjid ini juga agung dalam segala aspek—baik secara visual maupun makna. Dari kejauhan, Masjid Suleiman terlihat seperti mahkota di atas kota tua Istanbul. Tapi ketika Kamu masuk ke dalam, suasana berubah jadi sangat teduh, penuh rasa khusyuk.

Saya sempat duduk cukup lama di salah satu sudut karpet masjid, memandangi tiang-tiang tinggi dan lengkungan elegan yang menopang langit-langit. Nggak ada yang terasa berlebihan, tapi semuanya presisi. Semua dirancang untuk mengantar manusia dari keindahan dunia ke perenungan akhirat. Landmark Istanbul ini bukan sekadar ikon kota, tapi juga panggilan jiwa.

Dan bagi saya, ini bukan cuma masjid untuk dikagumi. Ini adalah tempat untuk berdiam sejenak, menenangkan diri, dan menyadari betapa kecilnya kita di hadapan Sang Maha Pencipta.

Kalau Kamu siap, saya akan lanjutkan ke Eyup Sultan, tempat ziarah umat Islam yang sangat menyentuh. Mau?

5. Eyup Sultan – Ziarah Penuh Doa di Makam Sahabat Nabi

Ada satu tempat di Istanbul yang begitu tenang, tapi penuh dengan getaran spiritual yang luar biasa: Eyup Sultan. Nama lengkapnya adalah Abu Ayyub al-Ansari, salah satu sahabat dekat Nabi Muhammad SAW. Beliau adalah orang yang membuka pintu rumahnya untuk Rasulullah saat hijrah ke Madinah. Dan siapa sangka, jasad mulianya bersemayam di ujung barat Istanbul, dekat gerbang tembok kota tua Konstantinopel.

Saya datang ke sana pagi hari. Udara masih sejuk, burung-burung berterbangan, dan suasana terasa sangat syahdu. Begitu masuk ke kompleks Masjid Eyup, hati saya langsung adem. Bangunannya indah, khas masjid era Ottoman, tapi lebih dari itu—ada aura spiritual yang membuat langkah saya melambat. Banyak peziarah yang duduk bersimpuh, berdoa di depan makam sahabat Nabi. Saya pun ikut terdorong untuk berdoa lebih dalam, lebih khusyuk.

Ziarah ke Eyup Sultan ini bukan hanya tentang mengunjungi makam. Ini tentang menyambung hati dengan sejarah Islam, merasakan kehadiran sosok-sosok mulia yang telah berjuang sejak awal Islam ditegakkan. Saya melihat banyak keluarga, anak muda, bahkan orang asing yang datang dengan wajah penuh haru. Ini bukan sekadar tempat, ini adalah ziarah spiritual yang penuh makna.

Kalau Kamu mencari tempat yang bisa menyentuh hati, menyegarkan jiwa, dan membangkitkan cinta kepada para sahabat Nabi, Eyup Sultan adalah jawabannya. Saya yakin, Kamu akan pulang dari sini dengan hati yang lebih tenang dan semangat iman yang lebih kuat.

6. Masjid Yeni – Simbol Kekuatan Perempuan Utsmani?

Saya nggak nyangka, dari sekian banyak masjid megah di Istanbul, ada satu yang justru dibangun karena cinta dan tekad seorang perempuan: Masjid Yeni, atau sering disebut juga New Mosque Istanbul. Tapi jangan salah paham ya, meski namanya “baru”, masjid ini sudah berdiri sejak abad ke-17! Dan kisah di baliknya cukup bikin saya terdiam sejenak waktu pertama kali mendengarnya.

Masjid ini dibangun atas inisiatif Valide Sultan, yaitu ibu dari Sultan Mehmed III. Sebagai seorang ibu raja, beliau punya pengaruh besar dalam politik dan pembangunan di era Kesultanan Utsmaniyah. Tapi mendirikan masjid di tepi laut Istanbul bukan perkara mudah. Banyak tantangan, mulai dari dana, politik, hingga gempa bumi. Proyek ini bahkan sempat tertunda bertahun-tahun. Tapi berkat tekad para perempuan istana Utsmani, termasuk menantu dan cucu Valide Sultan, akhirnya Masjid Yeni berhasil diselesaikan.

Saya duduk di pelatarannya sore hari, memandangi keindahan arsitektur Ottoman yang kuat dan elegan. Di satu sisi, ada aroma laut yang khas karena letaknya memang dekat pelabuhan. Di sisi lain, suasana religius yang hangat terasa dari para jemaah yang hilir-mudik. Rasanya seperti berdiri di antara kekuatan dan kelembutan sekaligus.

Buat saya, masjid tepi laut ini bukan cuma tempat ibadah. Ia adalah simbol bahwa perempuan dalam sejarah Islam juga punya peran besar—baik sebagai ibu, pemimpin, maupun penjaga warisan spiritual.

Kalau Kamu sedang berada di Istanbul, jangan lupa sempatkan mampir ke masjid era Ottoman ini. Duduklah sebentar di dalamnya, dan resapi kekuatan doa yang dititipkan dari generasi ke generasi. Siap lanjut ke Masjid Selimiye di Edirne—mahakarya arsitektur yang bikin saya berkali-kali mengucap “Masya Allah”?

7. Bursa Grand Mosque – Masjid Tertua dari Dinasti Utsmani Awal

Perjalanan saya ke Bursa terasa seperti menyusuri waktu ke masa paling awal berdirinya Kekaisaran Utsmaniyah. Kota ini tenang, sejuk, dan penuh nuansa klasik. Tapi yang paling berkesan tentu saja saat saya menginjakkan kaki di Ulu Camii—masjid agung yang menjadi saksi bisu lahirnya kekuatan Islam di Anatolia.

Masjid Ulu Camii dibangun oleh Sultan Bayezid I, salah satu penguasa awal dari dinasti Utsmani, sebagai bentuk syukur atas kemenangan perang. Tapi masjid ini bukan sekadar tempat shalat biasa. Begitu Kamu masuk, Kamu akan melihat 20 kubah besar yang sejajar, bukan satu kubah pusat seperti masjid-masjid lainnya. Desain ini membuat suasananya lebih lapang dan terasa sangat unik.

Yang bikin saya kagum adalah interiornya yang dihiasi lebih dari 190 kaligrafi tangan—mulai dari ayat Al-Qur’an, nama-nama Allah, hingga hadits-hadits Nabi. Setiap dindingnya seperti museum kaligrafi Islam. Saya sempat berdiri lama di depan salah satu kaligrafi besar bertuliskan “Asmaul Husna”, dan jujur… hati saya terasa begitu ringan.

Masjid tua Turki ini bukan hanya soal bangunan yang kokoh, tapi juga soal suasana spiritual yang sangat dalam. Kamu benar-benar bisa merasakan aura masa lalu—seakan-akan para sultan, ulama, dan tentara yang dulu bersujud di sini masih meninggalkan jejak doa mereka di setiap sudut.

Kalau Kamu ingin menyentuh langsung fondasi spiritual dari masjid agung Bursa, maka Ulu Camii adalah tempat yang wajib Kamu datangi. Ini bukan sekadar ziarah sejarah—tapi juga momen refleksi yang sangat menyentuh hati.

8. Masjid Selimiye, Edirne – Mahakarya Mimar Sinan

Masjid Selimiye, Edirne Turki Afiyah Travel & Tour

Saya masih ingat dengan jelas, saat pertama kali melihat siluet Masjid Selimiye dari kejauhan. Saya langsung tahu, ini bukan masjid biasa. Dan dugaan saya benar. Begitu sampai di pelatarannya, saya merasa seperti sedang berdiri di hadapan puncak tertinggi arsitektur klasik Islam. Nggak heran, arsitek legendaris Mimar Sinan sendiri menyebut ini sebagai “karya terbaik sepanjang hidupnya”. Dan saya paham kenapa.

Masjid ini dibangun atas perintah Selim II, anak dari Suleiman Agung, ketika Edirne masih menjadi pusat penting dalam sejarah Islam Utsmani sebelum Istanbul. Lokasinya strategis, dekat perbatasan Eropa—seolah ingin menunjukkan bahwa cahaya Islam bersinar sampai ke ujung barat dunia. Dan dari semua masjid yang pernah saya kunjungi, belum ada yang bikin saya menganga cukup lama seperti di sini.

Langit-langitnya tinggi, kubahnya menjulang setara (bahkan melebihi!) Hagia Sophia, dan setiap sudutnya dirancang dengan presisi yang nyaris tak masuk akal untuk ukuran zaman itu. Di dalamnya, pencahayaan alami terasa begitu lembut, membuat hati langsung tenang. Rasanya seperti masuk ke dalam pelukan arsitektur yang sekaligus memuliakan Sang Pencipta.

Kini, Masjid Selimiye telah diakui sebagai warisan dunia oleh UNESCO, dan layak—karena bukan hanya sebagai simbol kejayaan Dinasti Utsmani, tapi juga bukti bahwa seni dan iman bisa berpadu sempurna.

Kalau Kamu sempat ke Edirne, jangan sampai melewatkan selimiye mosque ini. Ini bukan hanya tempat shalat, tapi pengalaman yang bisa menggugah iman dan mengubah cara pandang kita terhadap keindahan dan ketauhidan.

9. Benteng Konstantinopel – Saksi Bisu Penaklukan Agung

Benteng Konstantinopel

Dari semua tempat yang saya kunjungi di Turki, Benteng Konstantinopel punya kesan yang… berbeda. Bukan karena bangunannya yang masih kokoh meski sudah berumur lebih dari 1.000 tahun, tapi karena saya tahu: di sinilah sejarah Islam berubah untuk selamanya.

Bayangkan ini: tahun 1453, seorang pemuda berusia 21 tahun bernama Sultan Mehmed II memimpin pasukan Utsmani untuk menaklukkan kota yang dianggap mustahil ditaklukkan—Konstantinopel. Kota ini dijaga tembok berlapis-lapis, armada laut yang kuat, dan kepercayaan bahwa “selama kota ini berdiri, Islam takkan masuk ke Eropa.”

Tapi takdir berkata lain. Dengan strategi brilian, keyakinan penuh, dan semangat jihad yang membara, Sultan Mehmed dan pasukannya berhasil merobohkan dinding-dinding raksasa ini. Dan hari itu, lahirlah era baru: Konstantinopel menjadi Istanbul, dan cahaya Islam menyebar ke Eropa.

Saya sempat menyusuri sisa-sisa tembok kota yang dulu dianggap tak terkalahkan. Batu-batunya masih berdiri, beberapa bahkan masih menyimpan bekas meriam besar Utsmani. Saat saya menyentuh salah satu bagiannya, saya merasa seperti sedang menyentuh nadi sejarah. Di sinilah titik pertemuan antara kekuatan, doa, dan takdir.

Kunjungan ke Benteng Konstantinopel bukan hanya untuk melihat tembok tua. Ini tentang mengenang perjuangan, keberanian, dan bagaimana iman mampu menembus apa yang secara logika manusia dianggap mustahil.

Kalau Kamu datang ke Istanbul, sempatkan jalan kaki menyusuri benteng ini. Bayangkan gema takbir di pagi penaklukan, dan rasakan sendiri semangat itu menyusup ke dalam dada.

Saatnya Kamu Menginjakkan Kaki di Tanah Penuh Situs-Situs Bersejarah Ini

Turki bukan hanya destinasi wisata. Ia adalah perjalanan spiritual yang hidup, ziarah sejarah yang menyentuh hati, dan wisata halal yang memberi makna lebih dari sekadar foto-foto Instagram.

Kalau Kamu baru saja selesai Umroh dan masih merasakan ketenangan batin, percayalah—melanjutkan perjalanan ke Turki akan memperkaya pengetahuan jejak peradaban Islam di Eropa Kamu. Ini bukan cuma tentang melihat bangunan indah atau belajar sejarah. Ini tentang menyambung benang-benang warisan Islam, dari zaman Nabi hingga para sultan agung. Ini tentang berdoa di tempat para sahabat dimakamkan, shalat di mihrab tempat para ulama berdiri, dan merenung di tengah keheningan arsitektur agung yang dibangun dengan iman.

Dan kabar baiknya? Kamu nggak perlu pusing atur semua sendiri. Saya rekomendasikan banget untuk memilih Afiyah Tour & Travel—agen perjalanan yang benar-benar memahami makna dari ziarah, bukan sekadar liburan. Mereka tahu tempat mana yang menyentuh hati, jadwal terbaik, hingga pemandu yang paham sejarah Islam. Semua dirancang agar perjalanan Kamu nyaman, berkesan, dan tentu saja… penuh keberkahan.

🌿 Jadi, tunggu apa lagi? Jadikan Turki sebagai lanjutan spiritual setelah Umroh Kamu bersama Afiyah Tour & Travel.

📍Karena ada pengalaman yang tidak bisa Kamu temukan di Google—tapi bisa Kamu rasakan sendiri, saat Kamu benar-benar berdiri di sana.

📌 Segera daftar dan jadikan perjalanan umroh tahun ini lebih bermakna!
📞 Hubungi kami: 0821-2828-3722
🌐 Website resmi: https://afiyahtour.id
📍 Kantor: CEO Building 6th Floor Jl. TB Simatupang No.18C, RT.7/RW.9, West Cilandak, Cilandak, South Jakarta City, Jakazrta 12430
📩 Email: [email protected]

Layanan Afiyah Tour & Travel

Travel Umroh Plus

Paket Liburan

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Chat us
Scroll to Top